Selasa, 21 April 2009

Petirtaan Jalatunda


Sudah lama banget saya pengen ke Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman di Trawas-Mojokerto, sejak temenku dulu cerita kalo tempatnya bagus. Kita malah sempet berencana mau ke sana bareng. "Di sana ada pusat pelatihan pembuatan barang daur ulang", katanya. Seneng saja dengernya. Apalagi waktu itu, adalah awal maraknya daur ulang. Terlebih, beberapa bulan yang lalu saya membaca artikel tentang komunitas sehat indonesia yang berpusat di PPLH Seloliman. Jadi bertambah minat saya untuk segera pergi ke sana.
Nah, dua minggu yang lalu kesempatan itu datang. Sampai juga saya ke sana. Tapi sebenarnya waktu itu saya tidak berencana mau ke sana. Ceritanya, saya dan teman ada keperluan ke Surabaya. Pulangnya, seperti biasa kami lewat Gempol. Nah, waktu kami sampai di pertigaan Kejapanan, terlihatlah papan petunjuk lokasi PPLH Seloliman. Langsung deh kami berniat ke sana saat itu juga. Mumpung belum terlalu sore. Apalagi cuma 15 km jaraknya.
Tidak terlalu sulit untuk sampai ke lokasi PPLH Seloliman. Tapi pada saat sudah sampai di lokasi, tepat di depan pintu gerbangnya, kami justru ragu, kok sepi ya? Akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi masuk, tapi malah meneruskan perjalanan ke atas, sampai di petilasan Jalatunda.
Petilasan Jalatunda, lebih tepatnya petirtaan Jalatunda adalah peninggalan jaman Raja Erlangga. Diperkirakan dulu adalah tempat peristirahatan beliau. Petirtaan Jalatunda berupa bangunan batu berukir layaknya candi yang di sebalah kanan dan kirinya terdapat pancuran air. Sementara di sebelah depan terdapat kolam yang airnya berasal dari pancuran air tersebut. Kolam tersebut penuh berisi beberapa jenis ikan air tawar. Memang tampak lebih indah. Tapi kok malah jadi tidak enak ya bau airnya?
Amis!
Ngomongin masalah air pancuran tadi, konon kabarnya bagi yang sudah mandi di sana akan tetap awet muda. Percaya nggak percaya sih. Tapi kalau kita sudah merasakan segarnya air pancuran tersebut, (tentunya kami juga mencoba mandi di situ) masuk akal juga sih kabar tersebut. Air tersebut berasal dari mata air yang berada di lereng Gunung Penanggungan pada ketinggian 525 m dpl. Jadi wajar kalau airnya masih jernih dan bersih.
Di depan kolam tadi terdapat beberapa arca dan
lumpang batu kuno serta potongan-potongan batu berukir yang disusun rapi dalam satu area. Kemungkinan batu-batu tersebut adalah bagian-bagian dari candi. Di dekat lokasi tersebut terdapat bangunan tertutup yang di dalamnya banyak disimpan batu-batu maupun arca yang kemungkinan juga bagian dari candi kuno (sengaja disimpan terkait dengan nilai sejarahnya mungkin). Sementara pada dinding bangunan tersebut terdapat beberapa foto artefak yang pernah ditemukan di lokasi tersebut).
Di bagian agak ke atas, terdapat bangunan pendopo terbuka yang dijadikan tempat istirahat bagi para pengunjung. Tidak salah jika dulu Raja Erlangga menjadikan tempat itu sebagai tempat istirahat. Lokasinya nyaman buat kita untuk sejenak meninggalkan suasana ramai dan bising di kota, termasuk kami. Meskipun tidak jadi berkunjung ke PPLH Seloliman, tapi kami puas kok. Suasa saat, pasti kami kembali, tidak ke petirtaan Jalatunda, tapi ke PPLH Seloliman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar