Kamis, 14 Mei 2009

Alas Purwo, Bukan Taman Nasional Biasa

Sepengetahuanku dari terbatasnya informasi yang kudengar, tidak ada yang menarik dari Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) di Banyuwangi. Seperti taman nasional lainnya, TNAP pastinya cuma sebentuk areal hutan yang luas dengan beberapa jenis flora dan fauna di dalamnya. Justru kesan mistis yang lebih "mengharumkan" nama Alas Purwo, terlebih beberapa waktu silam, beberapa stasiun TV swasta menjadikan Alas Purwo sebagai obyek program acara mereka yang berkaitan dengan dunia mistis. Tapi itu dulu!
Sekarang, setelah tahu wujud aslinya, kesan negatif dari TNAP ilang dengan sendirinya. Justru kesan mengagumkan yang ada. Bagi petualang sejati, TNAP menawarkan banyak hal yang menarik dan indah!
Memasuki pintu gerbang TNAP, yaitu di pos Rowobendo, pos pertama sebelum menelusuri TNAP, aku sudah demikian terkesan. Jalan setapak dan berbatu begitu rapi, hingga memudahkan perjalanan menelusuri setiap bagian Alas Purwo. Dan, meskipun sepi, tidak ada kesan menyeramkan kok. Menurut petugas di Pos Rowobendo, banyak tempat yang bisa ditemui, antara lain Pura Giri Seloka, Pantai Trianggulasi, Situs Kawitan, Pantai Plengkung, pos pengamatan satwa Sadengan, dan banyak lagi.
Tempat pertama yang ku temui adalah Pura Giri Seloka. Heran juga, di tengah hutan belantara yang sepi, jauh dari pemukiman, dan pastinya jauh dari komunitas hindu di Bali, ada pura yang cukup besar dan luas. Tapi meski di tengah hutan, tempatnya rapi dan bersih lho. Tidak jauh dari pura tersebut, ada Situs Kawitan. Nggak tau tempat itu fungsinya apa, tapi kalo dilihat dari bentuknya yang mirip pura, besar kemungkinan tempat itu milik umat hindu juga.
Setelah menikmati pura dan situs Kawitan, penelusuran dilanjutkan langsung ke Pantai Trianggulasi, cuma 2 km jaraknya dari Pos Rowobendo. Kaget banget pas nyampe sana. Indah bener! Lautnya yang biru kontras dengan pantainya yang berpasir putih. Butiran pasirnya lembut. Menurutku, ini adalah pantai terindah yang pernah kulihat. Keindahannya benar-benar kunikmati sendiri, secara memang sepi banget, cuma ada beberapa orang di sana. Garis tepi pantainya tidak jauh dari hutan, jadi pantainya lumayan teduh. Aku jadi heran, kenapa tempat seindah ini tidak banyak dinikmati oleh pengunjung? Mungkinkah karena lokasinya yang jauh dari jangkauan? Padahal di situ sudah disediakan beberapa fasilitas yang cukup memadai. Ada semacam pendopo dan wisma yang representatif untuk tempat menginap.
Puas menguasai keindahan Pantai Trianggulasi, perjalanan diteruskan ke Sadengan, lokasi pemantauan satwa. Tempatnya semacam padang penggembalaan ternak yang luas yang langsung berbatasan dengan belantara hutan disekelilingnya. Melalui pos pengamatan semacam menara, kita bisa memantau keberadaan banteng jawa, menjangan, dan burung merak. Tapi sayang banget, pada saat kami di sana, satwa-satwa tersebut belum banyak yang muncul di padang penggembalaan, masih di dalam hutan! Mungkin karena masih siang. Menurut petugas yang ada di pondok penelitian, satwa biasanya banyak muncul pada waktu sore menjelang malam. Tapi aku sudah merasa puas kok, sudah bisa melihat satwa tersebut meski dalam jumlah yang kecil.
Rencananya perjalanan diteruskan ke Pantai Plengkung, tapi karena waktunya yang tidak cukup, sementara jaraknya masih 11 km lagi, kami putuskan pulang. Takut kemalaman!
Sebenarnya Plengkung adalah tujuan utama, tetapi meskipun cuma beberapa lokasi saja yang bisa kami singgahi, kami sangat puas. Rasanya, perjalanan yang melelahkan terbayar dengan keindahannya. Sebenarnya TNAP tidak terlalu jauh dari pusat kecamatan terdekat-Kecamatan Tegaldlimo, hanya sekitar 15 km, tetapi karena medan jalan yang rusak, perjalanan tersebut akhirnya harus ditempuh selam 1 jam dengan kendaraan bermotor. Bisa dibayangkan gimana capeknya dong?
Tapi bagaimana pun Alas Purwo sudah bikin aku kesengsem. Suatu saat aku pasti kembali. Plengkung, tunggu kedatanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar